Di seberang puncak Manguri di pegunungan
Acha, ada sebuah desa bernama Guri. Nama ini bermakna desa sembilan
puncak dan nama itu diberikan, karena daerah itu adalah daerah ngarai
kesembilan dari puncak gunung Acha tersebut. Dulu di desa Guri itu
tinggallah seorang dukun wanita yang sangat terkenal di daerah itu.
Tapi, kesaktian sang dukun itu sampai menjadi perdebatan di antara
pegewai-pegawai kerajaan. Sebagian pegawai pemerintah menuntut hukuman
terhadap sang dukun itu, karena dia diduga telah menipu rakyat.
Sedangkan sebagian lainnya membelahnya dengan mengatakan kesaktiannya
dapat dipercayai. Akhirnya, kedua belah pihak menyepakati untuk menguji
kesaktian sang dukun itu. Mereka menaruh seekor tikus ke dalam sebuah
kotak, lalu menyuruh sang dukun untuk menebak isi kotaknya. "Apa yang
ada di dalam kotak ini" tanya seorang pegawai kerajaan. "Ada tikus di
dalamnya" jawab sang dukun. Kemudian, pegawai kerajaan bertanya lagi
berapa ekor tikusnya di dalam kotak itu. "Ada tujuh ekor tikus di
dalamnya" jawab sang dukun. Jawaban itu meyakinkan pegawai-pegawai
kerajaan untuk tidak mempercayai sang dukun itu dan memutuskan untuk
membuang sang dukun pembohong itu ke dalam kali Misari.
Sementara salah seorang pegawai kerajaan masih percaya terhadap daya sakti sang dukun itu, sehingga dia menyarankan untuk membedah perut tikus supaya mengetuhi tikus itu sedang mengandung. Sesuai dengan saranannya itu, perut tikus itu dibedah, kemudian para pegawai menyaksikan 6 ekor bayi tikus yang terdapat di dalam perutnya. Setelah itu, baru kesaktian sang dukun dibuktikan dan diakui. Pegawai-pegawai kerajaan segera mengirim seorang prajurit ke kali Misari supaya tidak membuang sang dukun yang sakti itu ke dalam air kali. Namun, ketika prajurit pembawa pesan itu tiba di atas puncak gunung Acha itu, sang dukun telah dibuang dan sudah mati. Setelah mengetahuinya, prajurit itu menyesal dengan mengatakan "Aduh, sayang terlambat". Dari ungkapan itulah gunung itu disebut dengan nama gunung Acha atau Achasan yang bermakna, aduh.
Sementara salah seorang pegawai kerajaan masih percaya terhadap daya sakti sang dukun itu, sehingga dia menyarankan untuk membedah perut tikus supaya mengetuhi tikus itu sedang mengandung. Sesuai dengan saranannya itu, perut tikus itu dibedah, kemudian para pegawai menyaksikan 6 ekor bayi tikus yang terdapat di dalam perutnya. Setelah itu, baru kesaktian sang dukun dibuktikan dan diakui. Pegawai-pegawai kerajaan segera mengirim seorang prajurit ke kali Misari supaya tidak membuang sang dukun yang sakti itu ke dalam air kali. Namun, ketika prajurit pembawa pesan itu tiba di atas puncak gunung Acha itu, sang dukun telah dibuang dan sudah mati. Setelah mengetahuinya, prajurit itu menyesal dengan mengatakan "Aduh, sayang terlambat". Dari ungkapan itulah gunung itu disebut dengan nama gunung Acha atau Achasan yang bermakna, aduh.
Infromasi Wisata |
0 komentar:
Posting Komentar