사기 ( SAGI ): ADA UDANG DI BALIK BATU.

Barangkali kalau tiba-tiba kita diumumkan mendapat hadiah, itu namanya keberuntungan ( unmyeong ). Namun tentu tidak semuanya seperti itu, karena kehidupan ini selalu diliputi dengan kepentingan, hidup ini adalah pamrih. Pagi itu aku telah terlambat untuk menemui seorang teman. Kursi nomer 13 adalah tempat dudukku di bis antar kota itu, padahal nomer 13 itu kata orang itu adalah nomor sial.
Sejenak sebelum berangkat, naiklah 2 orang, berkata dalam bahasa Korea dan teman satunya membagikan kertas kecil dan ada tertulis nomor. Tidak beberapa lama diumumkan beberapa nomor. Diantaranya ” sam ship gu beon ..” katanya. Dan itu adalah nomorku. Aku diberi 2 buah jam ( couple )dan  voucher belanja jenis ginseng . Aku melihat ada tulisan harga 189.000 won  di masing- masing arloji itu. Artinya 2 buah arloji itu nilainya hampir 3 juta rupiah. Aku tenang, tidak bereaksi, hingga orang itu menyatakan kepentingannya. ” imanweon man….da gajyeo gayo ( 2 puluh ribu saja semuanya silahkan bawa) ” katanya. aku hanya bilang  ” daeumenyo ( nanti saja ) ” sambil memberikan kembali semua barang itu padanya. Lalu aku dengar bisik-bisik di kursi belakangku, ” oo..kkongjja aniya ( oh ternyata tidak gratis )”.
Peristiwa semacam itu  yang dalam bahasa  Korea disebut ” 사기 ( sagi ) ” artinya penipuan. Dan orangnya yang menipu di sebut ” 사기꾼( sagikkun ) atau penipu. Kedua orang itu tidak tahu kalau aku ini orang Indonesia, yaitu  negara dengan jenis penipuan model apapun ada di sana . Apa yang ditawarkan kedua orang itu sudah kuno kalau di negaraku, karena model penipuannya selalu update, mulai dari sms, email hingga pembagian harta warisan pun juga ada. Suatu saat ketika mengajukan visa untuk ke Korea, petugas yang WNI itu memandangiku berulang-ulang, mencocokkan wajahku dengan photo-photo di ijazahku, seakan belum bisa percaya atau sama sekali tidak percaya. Atau mungkin memang ia sudah habis rasa percayanya terhadap orang Indonesia.
Kebaikan dan kejahatan kadang memang beda tipis. ” Ada udang di balik batu” adalah sikap jika seseorang kelihatannya berbuat baik, namun hatinya tidak tulus. Bisa jadi ia memiliki maksud-maksud tertentu atau tersembunyi. Racun oleh penipu dibungkus dengan madu. Ketidak tulusan itu karena setiap manusia yang hidup itu punya kepentingan dan pamrih, punya keinginan-keinginan.
Bahkan kadang aku berpikir, hingga sesuatu yang tak hiduppun punya kepentingan. Sering aku memandangi photo-photoku dan mengatakan padanya ” apa pamrihmu sehingga  kau menutupi kekuranganku? rambutku yang mulai menipis tak kau tampakan, wajahku yang mulai mengeriputpun kau tampilkan halus dan putih bersih..? mengapa kau juga menipuku? apa kepentinganmu..?”, namun photo-photo  itupun diam. Mungkin,  photo -photo itu menjawab lirih ” karena aku wajah sebenarnya sang penipu “.
Pepatah mengatakan ” 잔잔한 물이라고 악어가 없으리라 짐작하지 마라( janjanhan murirago ageoga eobseurira jimjakhaji mara) Air yang tenang jangan disangka tiada buaya “. Namun aku bukan buaya dan semoga bermanfaat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: