(News) Budak Seks, Picu Presiden Korsel Kunjungi Pulau Sengketa

Pada 10 Agustus lalu, Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Myung Bak
berkunjung ke pulau yang dipersengketakan
negaranya dengan Jepang. Meski demikian,
kunjungan itu merupakan sikap kesal Lee
terhadap Jepang dalam kasus budak seks
era Perang Dunia II. "Negara besar seperti Jepang dapat
menyelesaikan isu budak seks bila mereka
memang memiliki niatan," ujar juru bicara
Kantor Presiden Korsel yang menyampaikan
pesan Presiden Lee, seperti dikutip Asahi
Shimbun, Rabu (15/8/2012). "Namun Jepang menunjukkan sikap
negatifnya dalam beberapa hal yang
berkaitan dengan isu domestik. Jadi saya
memutuskan untuk bertindak," imbuhnya. Beberapa sejarahwan mengklaim, sekira
200 ribu perempuan dari Korea, China,
Filipina, dan negara lainnya bekerja di
rumah bordil Jepang saat Perang Dunia II.
Jepang pun meminta maaf dalam kasus itu
namun tidak pernah mengaku bahwa negaranya mendirikan rumah bordil.
Sebelumnya, Lee juga sudah berbicara
dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihiko
Noda dalam pertemuan di Kyoto. Lee
meminta Noda agar menyelesaikan isu
budak seks. Namun ketegangan hubungan
antara dua negara di Asia itu masih terasa dan terlihat makin
memburuk. Selama ini, ketegangan hubungan dua
negara itupun makin memanas, terutama
dalam isu sengketa pulau. Korsel menyebut
pulau itu dengan nama Dokdo, namun Jepang
menyebutnya, Takeshima. Lee mengaku,
dirinya tidak sempat mengunjungi pulau itu pada 2011 lalu karena cuaca
yang buruk. Kunjungan Lee ke pulau sengketa juga
mengundang kecaman dari Negeri Sakura.
Menteri Luar Negeri Jepang Koichiro Gemba
mengatakan bahwa, kunjungan Lee akan
memiliki konsekuensi tersendiri.
Konsekuensi itu dapat menimbulkan masalah dalam hubungan bilateral Negeri
Sakura dan Negeri Ginseng. Menurut media Jepang, Presiden Myung-Bak
akan meninggalkan Seoul dengan helikopter
pada Jumat pagi waktu setempat sebelum
akhirnya singgah di wilayah sengketa pada
sore hari. Lee juga mengajak dua orang
menteri dalam lawatannya ke pulau tersebut.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: